Di antara
12 partai nasional yang menjadi peserta pemilu, barangkali Partai
Demokrat (PD) merupakan kontestan yang paling galau. Sebagai pemenang
pemilu periode lalu (2009), dalam sejumlah survei belakangan ini,
kecenderungan popularitas dan elektabilitasnya terus menurun. Di
samping karena kasus-kasus korupsi yang menjerat para pemimpinnya,
partai ini juga tampaknya “mati angin” karena tidak punya “barang
dagangan” yang layak dijual di mata publik.
Seperti kita tahu, kemenangan PD pada pemilu lalu lebih karena
keberhasilannya menjual Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menagapa memilih
PD, sebagian besar alasan utamanya karena faktorSBY, bukan karena platform,
program, atau yang lainnya. Pada saat SBY tak bisa lagi dijual, PD
kehabisan “jualan”. Memang ada upaya-upaya untuk “menjual” anggota
keluarga SBY seperti Ibu Negara Ani Yudhoyono dan kepala staf angkatan
darat (Kasad) Pramono Edhie Wibowo.
Namun kedua tokoh ini tetap saja tak muncul
namanya dalam survei-survei mengenai kelayakan calon presiden (capres),
bahkan gencarnya iklan pengobatan katarak di berbagai media yang
menampilkan tokoh Kasad, sama sekali tak mampu mendongkrak namanya.
Kesannya malah sumir karena pengobatan katarak dianggap tidak relevan
dengan tugas-tugas TNI AD. Kalau yang beriklan menteri kesehatan mungkin
lebih relevan. Rakyat sekarang makin kritis, mana iklan untuk
pencitraan dan mana iklan yang betul-betul untuk kepentingan
pemberdayaan.
Di tengah kegalauan itulah, saya kira,
rencana PD untuk menggelar konvensi capres merupakan ide yang sangat
bagus atau malah sangat brilian. Di luar kontroversi rangkap jabatan
yang diembannya, kita patut mengapresiasi langkah Ketua Umum PD, SBY
untuk mendorong terselenggaranya konvensi.
Dengan menggelar konvensi, PD akan memasuki
wilayah wacana penjaringan capres yang sudah pasti akan sangat menarik.
Akan ada perdebatan capres, respons publik, dan pasti pemberitaan media
yang terus-menerus. Dengan begitu, publik lambat laun akan melupakan
kasus-kasus korupsi yang belakangan ini banyak menerpa PD.
Sebaliknya, publik akan melihat PD sebagai
partai yang paling peduli dengan perbaikan (wacana) suksesi kepemimpinan
nasional yang selama ini didominasi oleh capres-capres yang umumnya
merupakan wajah lama. Atau wajah baru, tapi stok lama yang sudah usang
di mata publik.
Dan konvensi tentu akan semakin menarik
dengan munculnya tokoh-tokoh baru yang kemungkinan akan ikut meramaikan
seperti Gita Wiryawan, Mahfud MD, Dahlan Iskan, dan Sri Mulyani
Indrawati, di samping akan tampil pula tokoh-tokoh lama yang namanya
masih relatif baik seperti Jusuf Kalla dan Sultan HB X.
Debat terbuka di antara mereka pasti sangat
menarik, apalagi jika digelar di seantero kota di tanah air, tidak
hanya terpusat di ibu kota negara (Jakarta). Dengan demikian, dalam
perdebatan-perdebatan mengenai berbagai isu akan melibatkan lebih banyak
audiens, dengan spektrum yang lebih luas.
Yang lebih penting lagi, keterlibatan
publik hendaknya jangan hanya sebatas dalam wacana dan perdebatan, tapi
juga dalam menentukan siapa dari peserta konvensi yang paling layak
menjadi capres PD. Caranya melalui polling pendapat yang terbuka, dengan melibatkan publik secara luas.
Bahwa setelah ada pilihan publik, keputusan
akhirnya ada di tangan Majelis Tinggi PD tidaklah menjadi masalah.
Apalagi jika majelis yang dipimpin SBY ini sekadar menetapkan, pertama,
apakah bakal capres yang menjadi pemenang konvensi itu benar-benar akan
diajukan sebagai capres, atau hanya layak menjadi cawapres.
Kedua, menentukan dengan siapakah bakal
capres PD ini akan dipasangkan. Jika berpasangan dengan calon dari
partai yang perolehan suaranya lebih besar dari PD, tentu capres PD akan
“turun takhta” menjadi cawapres. Tapi jika berpasangan dengan calon
yang perolehan suaranya lebih kecil dari PD, maka hasil konvensi akan
tetap menjadi capres.
Apakah pasangan capres-cawapres ini
kemudian berpeluang besar memenangkan Pemilu Presiden 2014? Jawabannya
bisa ya bisa juga tidak. Tapi bagaimanapun hasilnya, yang jelas melalui
langkah cerdas ini, PD yang sudah terpuruk di mata publik akan kembali
terkerek naik. Terjadi proses recovery baik dari segi popularitas maupun elektabilitas. Nasib baik Partai Golkar pada Pemilu 2004 yang mengalami recovery pascapelaksanaan konvensi capres merupakan contoh faktual yang sangat mungkin akan dialami pula oleh PD pada Pemilu 2014. (*)
[ Red/Administrator ]
#Source From : http://padangekspres.co.id
Anda Baru Saja Membaca Berita Tentang "Recovery Partai Demokrat". Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://rudi-apriasi.blogspot.com/2013/04/recovery-partai-demokrat.html.
0 komentar "Recovery Partai Demokrat", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment
Mohon Tinggalkan Respon Dan Komentar nya Mengenai Berita Yang Telah Dibaca :)