PADANG, HALUAN — Tata kelola
Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) kian memburuk. Laporan
Kemitraan Partnership for Governance Index tentang Indonesia Governance
Index 2012 menempatkan Sumbar di peringkat 20 dari 33 provinsi di Indonesia. Tahun 2008,
Sumbar berada di
peringkat tiga nasional. Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengaku tak tahu
indikator survei ini dan menurutnya malah Sumbar banyak menuai
penghargaan.
“Hasil ini sempat menjadi perdebatan juga di internal
Partnership. Kenapa peringkat Sumbar demikian jauh merosot? Setelah
diteliti kembali dan dievaluasi oleh tim independen, memang demikianlah
keadaannya,” kata peneliti Partnership, Edi Indrizal saat memaparkan soft launching hasil penelitian tersebut di Mercure Hotel, Selasa (21/5).
Dia mengatakan penelitian dilakukan untuk empat arena
yakni, pemerintah, birokrasi, masyarakat sipil, dan masyarakat ekonomi.
Di empat arena itu dibuat enam variable penelitian yang meliputi
partisipasi, keberadilan, akuntabilitas, transparansi, efisiensi, dan
efektifitas masing-masing arena dalam perannya di pengelolaan
pemerintahan.
Hasilnya Sumbar hanya mengumpulkan 5,65 poin (ukuran
poin 1-10, red) sedikit di bawah angka rata-rata nasional 5,67 poin.
Pada 2008 lalu, Sumbar meraih 5,98 poin dan menempati posisi tiga dari
33 provinsi yang diteliti.
Saat ini Sumbar mengalami penurunan pesat, bahkan untuk
pulau Sumatera berada di posisi tiga buncit. Dibandingkan dua provinsi
tetangga yang sejak lama belajar pengelolaan pemerintahan ke Sumbar,
Riau dan Jambi malah jauh lebih baik. Penelitian ini merangking Jambi
berada pada peringkat empat dengan 6,24 poin atau yang tertinggi di
Sumatera, dan Riau di peringkat tujuh dengan 6,17 poin.
Sementara itu provinsi terbaik dalam rangking Indonesia
Governance Index (IGI) 2012 adalah DI Yogyakarat, Jawa Timur, DKI
Jakarta, Jambi, Bali, Sumatera Selatan, Riau, Sulawesi Utara, Kalimantan
Selatan, dan Lampung.
Penurunan itu kata Edi, paling mencolok terjadi pada
tiga variabel di dua arena. Yakni transparansi, partisipasi, dan
keberadilan di arena pemerintah dan birokrasi. “Penelitian ini
menunjukkan semakin buruknya transparansi di pemerintahan dan
birokrasi, meski akuntabilitas membaik. Kedepan, penyelenggara
pemerintahana harus lebih transparan, termasuk juga meningkatkan
partisipasi, dan mengedepankan asas keberadilan. Karena penelitian kami
itu yang paling buruk,” kata pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik (FISIP) Unand itu.
Dia mengatakan penelitian tersebut bukan dibuat
main-main atau pesanan kelompok politik seperti yang kerap dilakukan
lembaga survei. “Penelitian ini dimanfaatkan oleh UKP4,” tegasnya.
Pakar politik dan kebijakan publik dari Unversitas
Andalas, Asrinaldi Asril tidak kaget dengan penurunan drastis tersebut.
“Buktinya memang transparansi kita buruk kan. Coba anda datang ke DPRD
atau kantor pemerintah minta RPJMD, apakah akan langsung diberi ? Anda
akan diinterogasi macam-macam. Padahal dalam UU No 14 tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik, siapa pun boleh mendapatkan data itu,
dan wajib diberi tahu kepada publik,” terangnya.
Cuma masalahnya lanjut Asrinaldi, kenapa selama ini
pemerintah menutupi data-data semacam itu, padahal publik memang harus
tahu agar program kerja pemerintah bisa dievaluasi dan dikritisi.
“Karena pemerintah kan bekerja untuk publik,” ujarnya.
Dia juga mengkritisi pelayanan publik yang masih buruk
terutama di tingkat bawah seperti kelurahan dan kecamatan. Petugas yang
tidak ramah, dan prosedur yang berbelit-belit menyebabkan masyarakat
enggan berurusan dengan birokrasi.
Asrinaldi mengatakan penelitian Partnership membuktikan
Pergub No 24 tahun 2011 tentang pedoman pelaksanaan reformasi birokrasi
tidak berjalan. “Ini PR untuk gubernur kita, artinya selama ini pergub
itu tidak jalan,” katanya.
Anggota Komisi IV DPRD Sumbar Marlis mengakui masih
banyak kelemahan yang terjadi dalam pengelolaan pemerintahan di Sumbar.
Baik itu oleh political will (Eksekutif dan Legislatif) maupun birokrasi yang tugasnya menjembatani pemerintah dengan masyarakat belum berjalan optimal.
“Memang masih banyak kekurangan kita. Saya akan bawa
hasil penelitian ini nanti sebagai masukan dalam rapat-rapat kerja di
DPRD. Semoga bisa melecut kita untuk berbuat lebih baik, dalam rangka
perbaikan tata kelola pemerintahan itu,” ujarnya.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang dihubungi kemarin, mengaku tidak
tahu dengan penelitian itu. “Indikatornya apa. Karena selama ini
reformasi birokrasi di pemprov dijalankan dengan sangat serius dan
sungguh-sungguh. Serta menghasilkan banyak penghargaan,” katanya
melalui pesan singkat. (h/cw-sal)
resuurce : http://harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=23601:tata-kelola-pemerintahan-sumbar-buruk&catid=1:haluan-padang&Itemid=70
Anda Baru Saja Membaca Berita Tentang "Tata Kelola Pemerintahan Sumbar Buruk". Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://rudi-apriasi.blogspot.com/2013/05/tata-kelola-pemerintahan-sumbar-buruk.html.
0 komentar "Tata Kelola Pemerintahan Sumbar Buruk", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment
Mohon Tinggalkan Respon Dan Komentar nya Mengenai Berita Yang Telah Dibaca :)